Bangun rumah dan
bangun motivasi
|
Ada sebuah kelurga yang mengidamkan bisa membangun rumah namun sangat tidak
tahu seluk belum pembuatan rumah, hanya keinginanya saja yang begitu besar. Al hasil
dia hanya bisa tanya-tanya saja. Maka suatu hari dengan modal keberanian
mendekati tukang bangunan yang kebetulan sedang ada proyek di daerah itu.
“ pak
mau tanya kalau bikin rumah di blok sana habisa berapa duit ya?” kemudian sang
tukang menjawab
“ sekitar 700jt”
wah mahal juga ya ,, kalau yang kecil di sana? Yang agak kecil
“sekitar 550jt”
Dan seketika dia merasa bahwa membangun rumah kelihatanya sudah tidak
mungkin dan dia hanya bisa bersukur saja dengan kontrakanya.
Saya mulai artikel ini dengan sebuah kisah yang sederhana namun ini mungkin
yang mengecilkan kita. Saya kira obrolan seperti ini sudah kita lakukan dari
kecil sehingga membuat kita bermental kerdil. Bukan menyalahkan yang menjawab
ataupun yang bertanya hanya saja setelah mengetahui jawban kita malah jadi
mengkerdilkan diri. Mungkin ini yang di makasud
“kadang ketidak tahuan membawa berkah”
Baik, yang ingin saya sampaikan adalah ketika seorang berkeinginan dan itu
sangat alami dan normal. Yang salah adalah alih alih keinginan ini memacuk kita
malah membuat kita jadi megecilkan diri. Kenapa? Karena kita menginginkan itu
tidak mengetahu standar dan kita brani menginginkan yang salah ketika
mengetahui standar kita langsung mengecilkan diri. Seperti kisah di atas tadi
seorang begitu berkeinginan membuat rumah namun setelah mengetahu membuat rumah
berkisar 500 sampai 700 juta maka di termenung dan mengubur keinginanya.
Saya tidak bisa mengatakan itu salah atau tidak tapi mari kita belajar dari
teman sekaligus guru saya, karena tahu membangun rumah sebesar itu modalnya
ahirnya dia tidak mau cari tahu lagi ya udah dengan uang seadanya dia ingin
membangun rumah hanya dengan modal 5jt saja !! dah ahirnya jadi tuh, walau
memeng membutuhkan waktu lama dan kekebalan muka menghadapi pertanyaan tukang
bangunan menurut beliau “rumah itu yang penting ada ding-ding, atap, dan pintu
buat masuk yang lain nyusul ada” coba lihat metode berpikirnya “menyedehanyakan
sesutu yang rumit” bukan merumitkan sesuatu yang sederhanya karena itu sama
saja dengan memperkeruh suasana
Jadi mari kita cek hidup kita apa kita sendiri yang memperkeruh suasana.
Posting Komentar