Saya umpamakan sajadah karena di atasnyalah
kita beibadah bersujud merendahka diri menghadap Allah nah sejadah itu itu
hanya jadi prantara ibadah kita, sebenarnya walaupun tidak demikian solat kita
masih bisa jalan. Sama halnya dengan naik haji dengan harta benda itu akan
mengantarkan kita pada ketaatan pada Allah.
Saya jadi kepikiran buat nulis tentang sejadah
ini karena saya punya mimpi, saya memiliki sajadah yang bisa saya gunakan untuk
beribadah pada Allah tentu yang saya maksud bukan sejadah yang sebenarnya. Ide
tulisan ini adalah ada sebuah lelucon stand up comedy yang di bawakan oleh
jawin bahwa wanita itu menjadi sejadah laki-laki untuk beribadah pada Allah nah
embak mau jadi sejadah saya? Apa ada wanita yang sudah jadi sejadah saya, ya
sudah lah,,,
Yang saya maksudkan disini adalah bahwa
harusnya ada sesuatu yang menjadikan hal itu adalah pasilitas kita untuk
beribadah pada Allah dan lebih dekat lagi dengan Allah. Nah yang bagi seorang
pekerja dengan penghasilan yang kadang tidak mencukupi apa yang bisa di jadikan
sajadah agar dia beribadah pada Allah selain keluarga dan pekerjaanya sekarang?
Yang tentu saja mimpi-mimpinya.
Katakanlah ingin memiliki perusaahn., maka
harusnya seorang muslim yang benar itu mengatakan bahwa perusaanya itu adalah
sejadah dia buat beribadah pada Allah, dengan perusaanya itu dia bisa
mewajibkan bukan hanya ngajak karyawan solat duha, atau ibadah sudah lainya.
Karena kalau menolak masih banyak yang mau kerja dan lebih taat pada Allah, ini
di lakukan tentu dalam rangga memperbaiki ketaatanya pada Allah dan memperbaiki
nasibnya. Dengan prusahaanya itu dia bisa menyumbang lebih banyak anak yatim
bahkan membangun yayasa, dengan
perusahaanya itu di bisa membantu orang lebih banyak lagi. Jadi pantaskan jika
perusaanya adalah sejadah di beribadah pada Allah, tentu bnyak hal yang bisa
dilakukanya lagi ketimbang hanya mengejar profit saja,
Karena banyak kejadianya perusahaan mencari
keuntungan membabi buta tidak perduli halal haram yang penting di kerjain.
Karena memang niat dari awal bukan untuk beribadah lain halnya jika niatnya
seperti tadi maka perusaan akan berjalan dengan landasan hukum nyara bukan
sekedar jalan. Kini bagi yang sudah memiliki usaha apakah itu menjadi jalan
taat pada Allah atau malah karena usaha itu menjadi meninggalkan
kewajiban?
Posting Komentar