Belakangan
ini postingan di blog saya adalah konten yang kopas kopi paste. Karena kalau
mau nulis bukan gak ada ide tapi memang hehhe sibuk. Namun kalau di sadari
banyak manfaat dari menulis saya sadari salah satunya adalah “Kalau kamu bukan
anak raja, bukan pula anak orang kaya raya, maka menulislah buku untuk
mengangkat derajatmu.” Konon, ucapan itu berasal dari Imam Al Ghozali.
Gak mungkin kan tiba tiba nulis buku kalau gak di mulai dari nulis
blog. Salah satunya yang saya sadari manfaat menulis adalah kemudahanya
mengungkapkan ide, ibarat membelah kelapa kalau bukan orang biasa bisa jadi
setengh jam untuk buka kulit kelapa persisi seperti monyet baru liat kelapa, di
bilak balik di puter namun tetap tidak terbuka. Namun ketika membuka kelapa di
serahkan pada yang ahli atau sering membelah kelapa hanya hitungan detik saja.
Persisi seperti mengeluakan ide. Kalau gak terbiasa mengungkapkan sebuah ide
akan guing guling mulai dari cari ide sampai meng eksikusinya. Jadi kenapa kita
tidak menulis ?
Ada sebuah kisah menarik dari seorang penulis buku yang sudah 7 buku di
terbitkan dan mengejutkan bahwa dulu dia tidak suka menulis dia adalah @DewaEkaPrayoga
Suatu ketika ada yang bertanya kepada Saya, "Apa rahasia kang Dewa begitu
produktif menulis banyak buku dalam waktu 2 tahun kurang bahkan Best Seller
semua?". Kalau ditanya seperti itu, sejujurnya Saya malu. Kenapa? Karena
Saya pribadi merasa belum begitu produktif. Kalaupun orang-orang di luar sana
menilai demikian, maka ada 2 hal yang membuat Saya bersegera untuk terus
membuat karya. Pertama, Ingat Dosa. Kedua, Ingat Mati. Maksudnya?
Tepat satu minggu yang lalu sepulang dari Makassar, ketika mendarat di
bandara Soekarno Hatta Jakarta, Saya membuka handphone Saya dan membaca SMS
dari ibu Saya. Bunyinya, "A, ada kabar duka. Mang Deri meninggal. Mayatnya
ada yang mengantarkan ke rumah dalam kondisi sudah mengeras dan mata
melotot…". Mendengar kabar tersebut, besoknya Saya langsung pulang ke
kampung halaman Saya di Sukabumi. Selidik demi selidik, ternyata paman Saya
tersebut memang korban pembunuhan. Sampai sekarang kasusnya sedang ditangani
kepolisian setempat sambil menunggu hasil otopsi. Doakan, semoga lancar….
Setelah mendengar kabar duka tersebut, sepanjang perjalanan Saya
merenung, "Kapan ya Saya meninggal?", "Dalam kondisi seperti apa
ya Saya meninggal nanti", "Apa yang Saya tinggalkan di muka bumi ini
agar bisa menjadi penolong Saya di akhirat nanti?", dan lain-lain.
Pertanyaan-pertanyaan tentang kematian terus terngiang-ngiang dalam benak Saya.
Akhirnya Saya putuskan bahwa menulis buku adalah cara Saya untuk bisa
bermanfaat dengan sesama. Kalaupun Saya meninggal nanti, sudah ada sesuatu yang
Saya tinggalkan, yaitu BUKU.
"Tidak ada alasan untuk tidak BERSEGERA menelurkan sebuah karya
dan bermanfaat bagi sesama, karena kematian bisa datang kapan saja..."
Posting Komentar