Doa, doa adalah ungkapan kita kepada Allah SWT sebagai pelaku yang
mengabukan doa dan kita sebagai pihak yang mengingikan atau yang berdoa. Saya pernah
bertnaya pada guru saya
“tad, kenapa doa saya belum di kabul ya?”
Maka guru saya spontan menjawab
“Memangnya sambel, saat itu di makan saat itu juga terasa pedas”
Dalam hati saya jawab bener juga sih, emang kita siapa? “Ya aku mah apa
atuh bubuk ranginang.” Apapun perasangka kita, doa sebenarnya bentuk kebutuhan
kita pada Allah, ke tauhidan, kepercayaan, penyerahan diri, ketawaduan,
ketakwaan dll, karena kalau kita tidak percaya pada Allah ngapain berdoa bukan.
Terlepas dari doa itu di kabulakn segera atau tidak. Harusnya tidak jadi
masalah yang penting ini adalah bentuk keimaman kita pada Allah. jadi tetap
berdoa!
Saya menemukan berdoa itu seperti kita mendengarkan radio. Kenapa sinyal
radio itu bisa sampai ke kita walau jaraknya puluhan meter? Ada yang tahu?
Ya karena frekuensi radio kita sama dengan frekuensi stasion radio itu maka,
suara radio pun bisa sampai ke kita dan kita bisa mendengarkanya, sama halnya
televisi jika frekuensinya sama maka kita bisa mendapatkan siaran televisi tersebut.
Nah terkait doa kita apakan frekuensinya sudah sama dengan doa kita. Artinya apakah
kita sudah layak jadi pribadi yang layak mendapatkan doa tersebut? Atau masih
jauh?
Semisal ingin banyak uang, kalau masih malas sedekah bantuin orang maka,
itu belum layak jadi pribadi yang layak banyak uang mungkin begitulah kerja
alam menagapi permintaan kita. Tapi semuanya hak Allah, Allah bisa jadi punya
rencana yang lebih hebat dari pada yang kita bayangkan.
Posting Komentar